NAMA: REZA OKKY KURNIAWAN
NPM: 19514178
KELAS: 1PA04
FAKULTAS: PSYCHOLOGY
KATA PENGANTAR
Berkat puji tuhan dan kasihnya yang senantiasa menemani
hidup saya dan berkat limpahan dan karunia-NYA,penulis mampu menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu budaya dasar.
Makalah ini dibuat
dan disusun atas dasar ketertarikan penulis terhadap perkembangan budaya, yang
senantiasa berkembang sesuai dengan keadaan zaman yang terus maju dan modern
yang tentunya untuk mempermudah kehidupan umat manusia.Penulis menggkaitkan
antara budaya dan peperangan,dimana menurut penulis keduanya memiliki relasi
dan memiliki ketertarikan tersendiri untuk di bahas secara mendalam dan
mendetail.
Penulis sangat
terobsesi dengan segala macam peperangan yang terjadi,dan ingin terus menerus
menggali apa yang bisa didapatkan dengan adanya peperangan tersebut menuju hal
yang lebih positif. Penulis mengkaitkan hubungan antara budaya dan peperangan
dikarenakan penulis sangat yakin,karena keduanya adalah suatu hal yang
berkaitan satu dengan yang lain.
Menurut
penulis,peperangan adalah hal yang menarik jika dibahas,mulai dari kenapa
peperangan itu bisa terjadi,apa sebabnya,apa tujuanya,dan masih banyak lagi
pertanyaan pertanyaan yang sangat hangat untuk dibahas atau dibicarakan.Menurut
penulis juga bahwasanya,peperangan dan budaya memiliki sebuah kaitan yang
mungkin bisa terlihat samar,namun ternyata itu adalah sebuah paradoks yang
memiliki jawaban yang sangat menakjubkan jika ditemukan.
Demi terwujudnya
pembahasan yang lebih baik,maka segala saran dan masukan,penulis sangat
harapkan dan teriring ucapan terima kasih.
Depok:11-01-2015
Penulis
(Reza okky kurniawan)
Kebudayaan dan peperangan.....
Dewasa ini,mungkin
kita sudah mengenal banyak sekali peperangan yang terjadi di dunia, baik itu
peperangan di dalam dunia nyata ataupun peperangan yang terjadi di dunia
maya.Banyak sekali peperangan yang terjadi di dunia baik yang terjadi di masa
lalu dengan kurun waktu sampai berpuluh atau beratus ratus abad di masa lampau.
Namun,jika di fikir fikir lagi secara mendalam dan mendetail,satu persatu
peperangan yang terjadi itu adalah pondasi dari terbentuknya zaman dimana kita
hidup sekarang.
Tanpa kita
sadari,tanpa adanya peperangan yang terjadi
di masa lampau tersebut,mungkin masa depan tidak akan seperti yang kita
rasakan sekarang,mungkin indonesia akan berada di bawah negara penjajah sampai
sekarang,mungkin jerman menang dalam peperangan untuk menyama ratakan dunia ini,dan
mungkin,saya,sebagai seorang penulis disini tidak dapat membuat makalah ini
guna memenuhi tugas ilmu budaya dasar.
Munking,yang kita tahu dalam peperangan adalah bahwasanya peperangan
adalah sebuah hal yang hanya membuat banyak orang meninggal,dan tempat
terjadinya pertumpahan darah sampai titik darah penghabisan. Penulis sangat
setuju dengan persepsi tersebut,karena tidak dipungkiri bahwasanya peperangan
dapat mengkibatkan nyawa banyak orang melayang,dan tentunya juga nyawa orang
orang yang tidak bersalah melayang begitu saja demi kesuksesan peperangan yang
terjadi.
“Dimana ada
peperangan,disitu ada darah” ini adalah sebuah kata kata bijak tentang
peperangan yang memiliki banyak makna.
Sebenarnya,ada banyak sekali kata kata bijak tentang peperangan yang di katakan
oleh banyak tokoh masyarakat atau orang
orang hebat yang pernah hidup di dunia.
Mungkin anda bertanya tanya apa hubungan antara peperangandan kebudayaan
? .
Sebelum masuk
menuju jawaban dari pertanyaan tersebut,mari kita mencari tahu secara singkat
tentang apa itu kebudayaan /budaya.Apa itu budaya ? budaya/kebudayaan berasal
dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah ,yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(Budi atau Akal).Budaya sendiri
adalah suatu hal atau “karya” yang telah diwariskan oleh masyarakat lampau,dari
generasi ke generasi dan dapat berbentuk sebagai ritual,adat istiadat ataupun
kesenian.
Sekarang kita sudah
memiliki gambaran tentang apa itu budaya/kebudayaan,dan menurut kutipan di
atas,budaya memiliki kaitan dengan budi dan akal. Sebuah pertanyaan baru muncul
bersumber dari pengertian di atas,pertanyaan tersebut yaitu, apa yang terjadi
jika peperangan adalah sebuah budaya,dan sebuah hal yang tentunya akan di
wariskan turun temurun dari generasi ke generasi lainya ? .Tentunya,jawaban
dari pertanyaan tersebut sangatlah kompleks,atau dapat dikatan bahwa tingkat
kompleksitas jawaban dari pertanyaan tersebut sangatlah tinggi. Mengapa penulis
berpendapat demikian ? karena ketika kita sudah mengetahui pertanyaannya
,penulis sangat yakin pembaca dapat dengan mudah membayangkan atau
mengimajinasikan apa jawaban dari pertanyaan tersebut,namun mungkin akan
sedikit sulit untuk menjelaskanya kedalam kata kata . Lalu,kenapa penulis
berpendapat bahwa jawabannya sangatlah kompleks ? karena menurut penulis,letak
kompleksitasnya berada pada masing masing imaji yang dihasilkan oleh masing
masing individu,yang tentunya masih murni berupa imaji,dan belum bercampur
dengan logika masing-masing individu,dan karena daya imaji dan kemampuan logistik
masing masing individu berbeda,kemungkinan besar jawaban dari masing masing
individu pun akan sangat bervariasi dan unik.
Nah,sekarang mari
kita masuk ke topik utama,yaitu relasi
antara peperangan dan budaya. Di halaman sebelumnya kita sudah mengetahui
atau telah mendapati berbagai data atau beberapa potongan puzzle yang akan
membawa kita pada pemecahan dari persoalan masalah dari apa yang penulis tulis
di makalah ini .
Penulis sangat
yakin,bahwasanya peperangan adalah sebuah budaya yang memang tertanam pada umat
manusia dan oleh umat manusia. Jika menurut kutipan di halaman sebelumnya yang
mengatakan bahwa budaya adalah suatu “karya” yang terjadi secara turun temurun
dari satu generasi ke generasi lainya ,maka,tak dapat dipungkiri bahwasanya
peperangan juga adalah hal yang terjadi secara turun temurun dari generasi jauh
sebelum kita lahir,hingga saat ini,dan mungkin akan terus ada sampai hari akhir
terjadi. Sesungguhnya,peperangan diciptakan oleh umat manusia itu sendiri,oleh
akal manusia,budi manusia,dan hal hal lain yang mempengaruhi fisik dan mental
manusia hingga akhirnya terciptalah perang. Entah sudah berapa banyak
peperangan yang terjadi di dunia ini yang belum kita ketahui,namun,itu adalah
bukti nyata dari hubungan antara peperangan adalah bagian dari
budaya/kebudayaan umat manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dan
demi manusia itu sendiri. Dengan mengetahui satu kenyataan ini,penulis,juga
merasa mengetahui kenyataan lain ,yaitu,ada sebagian umat manusia yang sangat
tidak menyukai peperangan karena alasan-alasan pribadi mereka
masing-masing,namun disisi lain,ada juga umat manusia yang sangat senang dengan
segala macam peperangan yang mungkin juga karena alasan pribadi mereka.
Tentunya ini adalah sebuah ironi kehidupan,di satu bagian,mereka tidak menyukai
peperangan dan menyalahkan mereka yang selalu melakukan peperangan ,di bagian
lainya,mereka sangat menyukai peperangan dan tidak dapat dipungkiri mereka pun
memiliki banyak alasan logis yang dapat membantah argumen-argumen dari bagian
yang satunya. Titik ironisnya adalah terdapat pada umat manusia nya,mereka
berdua saling menyalahkan satu sama lain,tapi,pada hakikatnya,peperangan
tercipta karena spesies mereka sendiri yang sudah dimulai dari beberapa ratus
juta tahun yang lalu. Jika kita dapat
melihat siapa yang salah dalam kasus ini,sungguh ,kita adalah golongan
orang-orang yang sangat pandai,karena kebenaran tak dapat di cari hanya dengan
menggunakan sedikit kemampuan dalam memecahkan masalah,namun kebenaran harus
dicari dengan kebenaran yang berasal dari berbagai macam aspek dan data,hingga
menemukan suatu kesimpulan yang valid .
Bukti lain yang
menyatakan bahwa peperangan dapat merubah segalanya ,yang ternyata menjadi
budaya dan juga merubah pola fikir dan fikiran umat manusia adalah ,contoh,
perang salib. Merupakan perang untuk merebutkan Yerussalem yang meluas menjadi
konflik antar agama paling dahsyat sepanjang sejarah, dimulai sejak kaum
Kristiani yang direstui Paus atas nama agama Kristen berusaha merebut kembali
wilayah Yerussalem dan “Tanah Suci” dari kekuasaan Islam. Perang ini
berlangsung selama beberapa periode dari abad ke-9 hingga abad ke-16 Masehi.
Perang Salib pertama dilancarkan pada 1095 oleh Paus Urban II. Perang ini
mencuatkan nama Salahudin Al Ayyubi dan Richard “The Lion Heart” sebagai
pahlawan di kedua belah pihak. Perang ini sedikit banyak memberikan pengaruh
dalam mengantarkan Eropa menuju zaman Renaissance. Hingga saat ini, istilah
Perang Salib masih dipakai untuk menunjukkan konflik antar agama yang
berlangsung hingga saat ini. Dengan adanya perang salib ini,penulis sangat
yakin,bahhwasanya pola fikir umat manusia berubah sesuai dengan kadar
pengertian mereka akan perang ini,terlebih lagi,perang salib dikatakan adalah peperangan antar agama
terbesar sepanjang sejarah,yang penulis yakin,ada beberapa orang di bagian
dunia ini,yang masih tidak suka kepada salah satu pihak dalam peperangan tersebut.
Bukti peperangan
lainya adalah perang dunia pertama. Perang ini berlangsung dari 28 Juli
1914 hingga 11 November 1918 dilatarbelakangi Pangeran Franz Ferdinand dari
Austria dibunuh anggota kelompok teroris Serbia, Gavrilo Princip di Sarajevo.
Perang ini menghadapkan blok sentral (Austria, Jerman, Turki, Bulgaria) dengan
blok sekutu (Rusia, Perancis, Inggris, Kanada, Italia, Amerika
Serikat). Perang ini
menjadi tonggak runtuhnya kekuasaan monarki absolut di seluruh dunia. Selain
itu empat dinasti, Habsburg, Romanov, Ottoman dan Hohenzollern, yang mempunyai
akar kekuasaan hingga zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang.
Perang inii menewaskan 40.000.000 orang di seluruh dunia dan munculnya depresi
ekonomi 1929.Peperangan tersebut bisa dibilang adalah awal perubahan dunia di
dalam “orde baru”di abad ke 20 .
Bukti lainya
adalah perang dunia kedua. Berlangsung dari tanggal 1 September
1939 sampai tanggal 14 Agustus 1945 ditiga benua: Asia, Afrika, dan Eropa. Di
Eropa, Adolf Hitler sebagai kanselir Jerman yang berusaha membangkitkan kembali
kejayaan Jerman melalui fasisme terlebih dahulu menyerang Polandia. Selanjutnya
dengan dibantu oleh Italia dan Uni Soviet, Jerman terus memperluas wilayah
pendudukannya. Di Asia, Jepang secara mendadak menyerang pangkalan
laut AS di Pearl Harbour pada 7 Desember 1941, menyeret Asia sebagai medan
Perang Dunia II. Amerika Serikat yang semula tidak ikut berperang mulai
mengangkat senjata melawan blok Axis, bergabung bersama Inggris dan Perancis.
Uni Soviet yang tiba-tiba diserang oleh sekutunya sendiri, Jerman melalui
Operasi Barbarossa pada 1941 balik memusuhinya dan memulai rangkaian kekalahan
Jerman. Perang berakhir pada 14 Agustus 1945 dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu
setelah dua kotanya, Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika
Serikat. Perang ini mengakibatkan 50.000.000 tewas, lahirnya PBB, dan munculnya
Uni Soviet dan Amerika Serikat sebagai negara adidaya.
Kedua peperangan
tersebut adalah sedikit dari sekian banyaknya bukti tentang relasi antara
peperangan dan budaya atau kebudayaan,yang ternyata,keduanya sangat
mempengaruhi satu sama lain,dan berpengaruh kepada umat manusia,baik dalam pola
fikir,moral,dan masa depan umat manusia.Banyak orang yang tidak terlalu perduli
dengan peperangan yang telah terjadi di dunia, sehingga mereka tidak terlalu
memikirkan tentang ideologi ideologi
atau paham paham yang terdapat,terkandung dalam peperangan.Namun,tidak sedikit
juga orang yang sangat perduli dan memperhatikan dengan peperangan,sehingga
mereka dapat menciptakan atau menerima ideologi yang sejalan dengan fikiran
mereka,tipe orang yang seperti inilah yang paling berbahaya menurut penulis,karena
jika paham paham yang mereka dapat tidak merujuk kepada hal-hal yang positif,
kemungkinan besar orang-orang itu akan berusaha untuk menunjukan kepada dunia
tentang paham paham mereka,dan dampaknya akan ada beberapa orang yang mengikuti
orang-orang tersebut.
peperangan bukan
lagi sesuatu yang asing bagi kita . Setiap masa,
peperangan berlaku di mana-mana sahaja,
tanpa mengira tempat, waktu, keadaan dan cuaca.
Antaracontoh peperangan yang disenaraikan oleh para pengkaji
sejarah ialah Perang DuniaPertama dan Kedua, Perang Vietnam, Perang Teluk
dan yang terkini pencerobohan Iraqoleh tentera Amerika Syarikat.
Peperangan sudah menjadi kebiasaan dalam tamadunkita
kerana ini adalah sebahagian daripada sejarah kita. Namun, apa yang kita
perolehsemasa dan selepas peperangan hanyalah suatu jenis kemusnahan berskala
besar
Di tunjau dari segi agama,dalam hal ini,agama
yang saya yakini adalah kristen protestan, peperangan bukan berarti tidak
dibolehkan,atau di larang,karena peperangan sudah menjadi sebuah budaya,yang
tentunya peperangan terjadi karena adanya tujuan-tujuan tertentu .
Banyak orang yang
salah mengerti dan mengira Alkitab mengatakan, “Jangan mematikan” dan
menerapkan hal ini pada perang. Namun, Alkitab sebetulnya mengatakan, “Jangan
membunuh” (Keluaran 20:13). Kata Bahasa Ibrani pada dasarnya berarti: mematikan
seseorang secara direncanakan lebih dahulu dan dengan kebencian.” Allah sering
memerintahkan orang-orang Israel untuk pergi berperang dengan bangsa-bangsa
lain (1 Samuel 15:3; Yosua 4:13). Allah memerintahkan hukuman mati untuk
berbagai kejahatan (Keluaran 21:12; 21:15; 22:19; Imamat 20:11). Jadi Allah
bukan sama sekali melarang mematikan orang dalam keadaan apapun, namun yang
dilarang adalah pembunuhan. Perang tidak pernah merupakan hal yang baik, namun
kadang-kadang dibutuhkan. Dalam dunia yang penuh dengan orang-orang yang
berdosa (Roma 3:10-18) perang tidak terhindarkan. Kadang-kadang satu-satunya
cara untuk mencegah orang-orang yang berdosa dari melakukan bencana besar
adalah dengan memerangi mereka.
Perang adalah hal
yang mengerikan! Perang selalu merupakan akibat dari dosa (Roma 3:10-18). Dalam
Perjanjian Lama, Allah memerintahkan orang-orang Israel untuk “Lakukanlah
pembalasan orang Israel kepada orang Midian,” (Bilangan 31:2). Lihat pula
Ulangan 20:16-17, “Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup
apapun yang bernafas, melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orang
Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang
diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.” Keluaran 17:16 mengatakan, “ Ia
berkata: "Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang melawan Amalek
turun-temurun."” Juga 1 Samuel 15:18, “TUHAN telah menyuruh engkau pergi,
dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek,
berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka.” Jelas Allah
tidak menentang semua peperangan. Yesus selalu sepaham dengan Bapa (Yohanes
10:300 sehingga kita tidak bisa mengatakan bahwa perang adalah kehendak Allah
dalam Perjanjian Lama. Allah tidak berubah (Maleakhi 3:6; Yakoubs 1:17)
Daftar Pustaka
Calvesi, M., & Canova, L. (1999). Rejoice!: 700
years of art for the Papal Jubilee(American ed.). New York: Rizzoli -
Clancy, Tom, Carl Stiner, and Tony Koltz. (2002.).Shadow
Warriors: Inside the Special Forces. New York:
Larsson,
Mans O., Alexander Z. Speier, and Jennifer R. Weiss.(1998).
Let's Go: Germany 1998. New York: St. Martin's.
Palmer, R.R., Joel
Colton, and Lloyd Kramer.(2002).A History of the Modern World: To 1815.. New
York: Knopf. -